Pernah dan Hilang

Pilih hukuman paket A, karena mengira itulah yang paling mudah. Eh, ternyata .... Heum, sudahlah.

Peringatan!

Tulisan ini hanya untuk sekadar mengingat kenangan, tidak untuk mengulangnya kembali.

***

Jadi, aku akan mengaku kalau dulu pernah punya cem-ceman alias crush. Itulah pertama kali aku main hati, padahal masih belia sekali. Wkwk. Canda hati.

Kenal sama doi sejak tsanawiyah kelas 7, dia abang kelas. Entah kenapa juga bisa punya ketertarikan—belum cinta waktu itu dan ternyata emang bukan cinta— yang lebih ke dia. Pokoknya, asal ketemu dia aku suka deg-degan. Terus juga jadi pendiam. Hahaha.

Pernah sakit hati karena tahu dia pacaran sama kawan kelasnya dan pernah kasih dia jam tangan secara diam-diam—sialnya malah temannya yang menemukan duluan, hebohlah satu kelas. Bahkan aku pernah juga menangis karena doi bilang cuma menganggap diri ini sebagai adik. Hahaha. Pernah juga lari ke lapangan depan sekolah, cuma untuk melihat dia bernyanyi. Dua kali malah. Wkwkwk. Doi ikutan lomba gitu—lupa acara apa.

Setelah doi tamat, aku pun mulai lupa sama rasa itu. Eh, tahunya satu sekolah lagi di aliyah. Rasa itu pun muncul kembali. Apalagi kelasnya berada di depan kelasku. Hampir tiap hari lihat dia sama perempuan—tipe yang supel gitu orangnya, baik ke semua orang.

Aku udah enggak diam lagi kalau ketemu dia. Kami pernah beberapa kali papasan. Ya, walaupun cuma sekadar, "Hai, Bang." dan "Duluan, ya, Bang." Setelah beberapa bulan aku naik ke kelas XI, ada kabar burung kalau dia pacaran sama kawan seangkatanku. Tahu apa yang terjadi? Aku biasa aja. Enggak ada rasa kesal dan lain-lainnya. Bahkan aku mendoakan di dalam hati semoga dia bisa bahagia sama pacar barunya.

Sejak saat itu, aku jadi lebih berani berbicara sama dia, sempat juga meminjam buku kelas XII miliknya. Ya, aku memang tertarik dengannya, tetapi ternyata hanya sekadar itu. Tidak sampai jatuh cinta. Dan semua perbuatanku yang berlebihan itu, akibat dari rasa obsesi untuk memilikinya. Namanya juga remaja masih labil.

Tamat aliyah, aku enggak pernah mendengar kabarnya lagi. Dia hilang bagai ditelan bumi. Bahkan media sosialnya juga tak kutemukan. Teman-temannya bilang dia makin jarang ikut kumpulan.

Pada akhirnya, aku benar-benar lupa akan rasa yang pernah kumiliki untuknya waktu itu—kecuali dipaksa mengingat seperti sekarang ini. Dan darinya aku belajar, bahwa tidak semua rasa kagum itu cinta, juga tidak semua rasa harus terbalas. 

Di mana pun dia berada, semoga baik-baik saja. Amin.


Posting Komentar

2 Komentar

  1. Wkwkwkwkwkwkwwkwkk ketauan kan pernah bucyn🤣

    BalasHapus