Melepas Genggaman

Sudah saatnya kau pergi. Tak ada alasan untuk bertahan, ketika tak ada percaya dan setia pada suatu hubungan. Kau boleh derana, tetapi jangan sampai kau merana.

Kau juga harus menerima, mungkin saat ini begitulah perjalanan cintamu. Penuh liku hingga membuat pilu. Namun, tak berarti langkahmu terhenti di situ. Jalan masih panjang, mari lalui lagi meski sendiri tertatih.

Kelak, di persimpangan yang entah, kau akan menemukan teman yang ramah. Teman yang mungkin bisa menjadi seorang karib; seorang istri/suami; seseorang yang kau butuhkan apa pun itu namanya.

Yakinlah. Ya, semoga. Aku turut mengaminkannya. Aku mengaminkan setiap takdir Tuhan untukmu. Kau tahu bukan kalimat ini? "Apa yang menjadi takdirku, tak akan pernah melewatkanku."

Jika dia melukai, tak menghargai, hingga jalinan kasih itu berujung pada kata pergi, mungkin memang bukan itu takdirmu.

Klise memang, tapi begitulah hidup. Kita belajar dari banyak hal-hal klise yang kemudian menjadi penting.

Tak apa, kelak kan ada hangat yang juga menjadi takdirmu. Meski kau, aku, kita, tak pernah tahu kapan waktu itu tiba.

Posting Komentar

1 Komentar