Intinya Disiplin

Rizki Audina di masa sekolah cukup jadi siswa yang baik. Bahkan sejak SD hingga MTs mendapat peringkat 3 besar di kelas. Lumayan dikenal oleh warga sekolah dan jadi kebanggaan guru-guru.

Sayangnya, di MA Rizki Audina sedikit malas. Eh, enggak, wkwk. Teman-teman di MA jauh lebih keren ilmunya. Maklum, sekolahku itu cukup terkenal seprovinsi. Aku yang anak kampung ini, ya, ternyata masih hebat di kampung aja. Hehehe.

Dulu, ketika masih sekolah sering banget ditanya kiat-kiat belajar dalam mengerjakan tugas dan menghadapi ujian—ditanya juga makannya apa, kok, bisa pintar, padahal biasa aja. Jawabanku tentu tidak ada kiat—apalagi makanan—khusus.

Aku hanya terbiasa mendengarkan guru dengan seksama ketika menerangkan pelajaran di kelas dan juga mengerjakan tugas rumah lebih awal. Karena waktu itu, prinsipku 'siap lebih awal lebih bagus'. Terbalik sekali dengan sekarang, haha.

Jadwal istirahatku juga teratur. Ketika esoknya hari sekolah, aku akan tidur di bawah pukul dua belas malam. Kalau esoknya hari libur, baru, deh, aku bisa begadang. Hehehe. Jadi, ketika belajar di sekolah, aku akan semangat dan otakku juga segar. Akhirnya, mudah menangkap pelajaran yang disampaikan oleh para guru.

Intinya, ya, harus disiplinlah. Benang yang teratur enak digunakan, 'kan? Kalau benangnya kusut pasti enggak bisa digunakan untuk menjahit. Begitu juga dengan belajar. Kalau otaknya enggak segar ya, enggak bisa berpikir. Enggak bisa belajar dengan baik. Ilmunya enggak bisa masuk, deh.
Jadi, begitulah caraku belajar ketika masa sekolah. Lumayan baik, walau tetap ada bandalnya juga. Hahahaha.

Posting Komentar

4 Komentar