Bertengkar sama sahabat? Lupa-lupa ingat, sih, pernah atau enggak, ya? Oh, mungkin ini bisa dibilang pertengkaran. Jadi, aku punya sahabat yang lumayan sering pulang sekolah bareng. Sebenarnya, kami berempat, cuma hanya aku dan dia yang rumahnya searah. Kami bersahabat karena dulunya pernah satu sekolah ketika tsanawiyah, walaupun enggak saling kenal. Kalau dia lagi bawa motor, ya, kami naik motor, kalau enggak, ya, naik angkot.
Waktu itu, hari sedang terik-teriknya. Aku sudah menunggunya di depan gerbang.
"Panas kali, ya, hari ini." Aku berbicara sendiri.
"Iya, emang panas. Beli es tebulah kita dulu, ya?"
Tiba-tiba dia sudah ada di belakangku. Aku mengiyakan ajakannya. Kami pun membeli es tebu di ibu-ibu langganan. Udah kenal betul sama kami.
Setelah es kami habis, aku langsung mengajaknya pulang.
"Pulanglah kita, yok!"
"Yoklah! Naik 521, ya?"
"Ah, enggaklah. Naik 84 aja."
"Is, nyambung lagi nanti aku."
"Ya, enggak apalah. Aku pun nyambung juganya. Kalau naik 521 lama sampenya. Jalan dari depan dia."
"521 ajalah. Ya, ya, ya?"
"Ya, udah. Kalau kau mau naik 521, sana naik sendiri. Aku naik 84."
"Eh, janganlah. Kan udah janji mau pulang sama. Naik 521 aja kita."
Aku tidak memedulikan ucapannya lagi. Kustop angkot bernomor 84 dan duduklah aku di dalamnya. Dia sibuk memanggil-manggil namaku.
Dalam hati, aku kesal sekali. Dia berjanji untuk pulang sama, tapi buktinya? Aku pulang sendirian. Malah udah panas-panasan nunggu di gerbang.
Malamnya, dia chat aku. Minta maaf. Aku cueki aja. Eh, malah dia spam. Akhirnya aku memilih mematikan gawaiku. Besoknya, dia datang ke kelas. Ya, mau enggak.mau harus kutemui. Daripada diceng-cengi anak kelas karena didatangi laki-laki. Kan malu. Wkwk.
Rindu, sih, seru-seruan bareng pas pulang sekolah. Sekarang udah pada sibuk masing-masing. Sehat-sehatlah kalian, ya.
0 Komentar