Jika 2025 harus diberi satu warna, aku memilih biru. Bukan karena ia selalu cerah, melainkan karena biru paling jujur menggambarkan apa terjadi pada hidupku di tahun ini.
Katanya, biru adalah warna yang tenang. Di 2025, aku belajar menenangkan diri di tengah banyaknya tuntutan. Aku mulai lebih berhati-hati dalam bersikap, lebih banyak berpikir sebelum bertindak. Aku ingin untuk terlihat kuat, stabil, dan tidak mudah goyah, seperti laut yang tampak diam di permukaan.
Namun, biru tidak selalu tentang ketenangan yang hangat. Di balik itu ada sisi dingin yang terasa menusuk.
Tahun ini, aku sering memilih diam daripada menjelaskan. Menyimpan pikiran sendiri, menjaga jarak, dan terlihat baik-baik saja meski sebenarnya lelah. Biru mengajarkanku tentang batas, tetapi juga membuatku terkadang terlalu jauh dari orang lain.
Biru juga bisa berarti kesepian. Bukan kesepian yang ramai, melainkan sunyi yang pelan. Saat aku sibuk dengan duniaku sendiri, ada momen ketika aku merasa tidak sepenuhnya dipahami. Aku kuat, tapi kadang terasa kaku. Aku tenang, tapi seringkali hampa.
Meski begitu, aku tetap mencintai biru. Setidaknya, dia menyimpan satu kebaikan. Dari biru aku belajar bahwa tidak semua proses harus riuh. Tidak apa-apa menjadi dingin sejenak untuk melindungi diri. Tidak apa-apa menjaga jarak agar bisa bernapas.
Biru mengajarkanku keseimbangan, antara kuat dan rapuh, juga diam dan jujur pada diri sendiri.
Biru adalah tahun 2025-ku. Tenang, dalam, cukup dingin, dan masih terus belajar menemukan hangatnya sendiri.
0 Komentar